SELAMAT DATANG DI BLOG YANG MENYAJIKAN PEMBAHASAN TENTANG BELADIRI KHUSUSNYA KARATE, KEBUGARAN, MOTIVASI DAN SPRITUAL. SEMOGA BERMAMFAAT!!!

Selasa, 03 Agustus 2010

MENGENAL JURUS DALAM KARATE

Definisi Jurus atau Kata dalam Karate adalah merupakan rangkaian gerakan kihon yang digabungkan sehingga membentuk keindahan gerakan sehingga bermakna filosofi yang mendalam. Sedangkan kihon itu sendiri adalah gerakan dasar yang meliputi dari tangkisan, pukulan, tendangan, dan bantingan. Dalam Kata tersimpan bentuk-bentuk sikap dalam karate yang wajib dimiliki, seperti kontrol (diri), tenaga (power), kecepatan, juga bentuk penghayatan karate dalam realitas sebenarnya. Sebab dalam Kata tersimpan ribuan senjata tubuh yang tersamar dalam bentuk yang indah . Sehingga ketika karateka paham, menghayati, dan mendalami Kata, sejatinya dia (diharapkan) sudah tahu dan paham betapa karate itu bukan sekedar latihan olah tubuh saja. Tentu saja ini membutuhkan keseriusan dan komitmen tinggi bagi karateka yang berniat memperdalam karate secara komprehensif. Sebab Master Gichin sudah memperkirakan untuk mengetahui dan paham satu buah Kata saja butuh waktu sekitar tiga tahun. Tentu waktu yang cukup lama untuk ukuran sekarang. Selain itu, sikap karateka yang dituntut untuk tidak cepat bosan dan menyerah adalah penting dalam mempelajari Kata.
Untuk mengetahui dan mendalami Kata, yang terpenting adalah latihan yang rutin. Untuk bisa melakukan Kata yang baik, kita harus belajar dan melatih tehnik dasarnya (kihon) dulu satu-satu. Teknik2 dasar seperti postur tubuh yang benar, kondisi pikiran dan mental yang benar, teknik kuda-kuda, teknik melangkah, teknik perpindahan bobot tubuh dan pusat gravitasi, teknik bertahan, teknik menyerang, teknik pernafasan dsb. Untuk menguasai satu teknik dasar saja idealnya kita harus melatihnya puluhan ribu kali untuk bisa menguasainya. Dalam berlatih suatu tehnik Master Gichin sering berkata :" kerjakan 1.000 kali sehingga kau dapat menemukan jawabannya".Dalam satu teknik itu sebenarnya terkandung puluhan bahkan mungkin ratusan atau ribuan cara memaksimalkan teknik dan aplikasi
Kalau teknik sudah benar maka tiap2 teknik mulai dirangkai kedalam jurus, karenanya untuk menguasai 1 jurus saja sebenarnya butuh waktu tahunan, dan itu harus dilakukan rutin setiap hari. Mengapa mengulang-ulang jurus/kata itu penting? karena tubuh memiliki kemampuan untuk merekam gerakan yang kita lakukan (muscle memory), semakin banyak atau sering kita melakukan suatu gerakan maka gerakan itu menjadi seperti sebuah reflek bagi kita (contoh: ibu2 yang bekerja di pabrik rokok, kalau melihat gerakannya seperti mesin yang otomatis)
oleh karena itu kita diajarkan untuk menghapal jurus/Kata, sehingga badan kita menjadi terbiasa dengan gerakan (jurus) yang kita pakai, dengan harapan akan menjadi refleks kita dalam menangkis, memukul dll.
jadi  pentingnya jurus adalah  untuk memberikan latihan pada otot untuk memiliki memory terhadap gerakan yang kita inginkan. Namun demikian kemampuan refleks harus keluar dan teruji di dunia nyata dalam hal ini di representasikan dalam latihan tanding. semakin banyak bertanding maka refleks bertarung di dunia nyata jadi terasah, nah untuk mrndapatkan refleks bertarung yang sesuai dengan kaidah beladiri masing2 maka harus dengan latihan Kata.
Jadi akhirnya setelah kita membentuk form akhirnya kita akan formless karena apa yang kita gerakkan adalah semata-mata refleks dari tubuh kita yang telah kita bentuk refleksnya dengan Kata.
Kata merupakan saripati dari Karate, karena rahasia beladiri Karate ada dalam Kata, Saat belum belajar beladiri kita formless tidak punya bentuk, saat belajar beladiri kita mulai belajar form bentuk2 teknik, saat kita semakin matang kita akan kembali ke tanpa bentuk/ formless menciptakan teknik kita sendiri berdasarkan pengalaman dan hasil latihan beladiri kita. di level inilah kita baru bisa disebut martial artis yang bisa berekspresi bebas seperti seorang pelukis yang bisa menggambar apa saja dgn kuas di tangannya.
Sesungguhnya di dalam real fight inilah hasil latihan dari Kata akan sangat kelihatan keefektifannya (ini tergantung intensitas dan kualitas latihannya/ hasil latihan sebelumnya jika dilatih dengan benar).
Seperti dibahas sebelumnya sebelum belajar beladiri kita tidak punya bentuk, saat mulai belajar kita mulai punya bentuk berdasarkan beladiri yang kita pelajari, kemudian tingkat lanjutnya kita kembali ke formless/tanpa bentuk.
Dalam real fight situasi fight bisa bermacam2 tergantung latar belakang beladiri lawan(punya style atau tidak punya style) istilahnya formless dan bentuknya bisa bermacam2. Untuk situasi seperti ini kadang2 kalau kita memaksakan style beladiri kita ke pertarungan sesungguhnya maka kita bisa kerepotan sendiri karena situasinya sering mengalir tidak sesuai dengan skenario yang biasa kita latih saat latihan sparring.
Dalam real fight kita tidak bisa memaksakan bentuk style kita ke keadaan yang formless, Kita harus mengembangkan form kita ke tingkatan yang lebih tinggi alias formless juga. Seperti filosofi air, air tidak memiliki bentuk namun air bisa menyesuaikan dirinya ke bentuk apapun, dimasukan ke gelas dia jadi bentuk gelas, ditaruh di vas dia bentuk vas, namun air itu tetap formless dan dia tidak bisa dipegang.
Sangat naif sekali kau kita lihat tangkisan dasar tengah ke dalam seperti soto uke hanya bisa sekedar utk menangkis, kalau dipelajari dan didalami dengan benar tangkisan ini sebenarnya bisa jadi teknik patahan siku lawan, teknik kuncian siku, teknik kuncian sendi bahu, teknik bantingan, teknik serangan ke titik syaraf, dll.
Demikian juga dengan kuda2 depan seperti zenkutsu dachi bisa dipakai utk menginjak dengkul lawan, menyapu kaki, menekan sendi, menyerang kemaluan, dll. latihan dasar itu dirancang ada tujuannya, namun utk penerapan harus dinamis sesuai keadaan(bukan keadaan yang menyesuaikan dengan kemauan kita, namun kita yang menyesuaikan dengan keadaan).


Artikel ini diolah dari berbagai sumber media dan ”salah satu sumbernya dikutip dari artikel berjudul."Ijtihad" karate: Kata Karate Komposisi Bebas oleh Inkai Cianjur.

Senin, 02 Agustus 2010

PENTINGKAH BELAJAR KARATE SAMPAI SABUK HITAM?

Kalau ditanya “sudah sabuk apakah kamu sekarang? atau sekarang sudah sampai tingkat berapa kamu dalam beladiri?” begitulah pertanyaan yang sering mampir ke telinga orang-orang yang sedang belajar ilmu beladiri. Lantas apa jawaban kita? Banyak jawaban yang biasa kita temui di lapangan, biasanya mereka menjawab dengan ragu-ragu sambil berpikir:”emmh sebenarnya sih aku sudah sabuk biru tapi bulan kemarin aku gak ikut ujian” atau pokoknya aku sudah sabuk /tingkat tinggi, rahasialah!”. Umumnya mereka menjawab penuh keragu-raguan atau sambil berpikir karena mereka bingung harus menjawab apa kepada lawan bicara mereka, mereka takut kalau menjawab sudah sabuk tinggi nanti jika lawan bicara melihat kemampuan tehnik mereka rendah/tidak sesuai harapan lawan bicara  maka mereka yang belajar ilmu beladiri akan malu tapi jika mereka menjawab kepada lawan bicara  “ aku masih sabuk putih atau kuning”maka mereka takut direndahkan oleh lawan bicara mereka karena tingkatan beladirinya  yang masih rendah. Tapi terlepas dari itu semua, seorang sensei yang mempunyai tingkat Dan III keatas memberikan pendapat bahwa belajar karate sampai sabuk hitam tidak lah terlalu penting karena jika kamu sudah bisa mengeksekusi pukulan, tangkisan, tendangan dan kuda-kuda yang baik dalam beladiri Karate maka itu sudah merupakan bahan utama untuk beladiri. Itu saja sudah cukup. Tinggal bagaimana kita  yang mengembangkannya. Sampai-sampai dia sendiri mengistilahkan lebih baik sabuk rendah tapi teknik tinggi daripada sabuk tinggi tapi teknik pas-pasan. Memang kata-kata sensei tadi sangat benar, ini berkaitan dengan pengalaman pribadi penulis dan teman-teman penulis yang terjadi di lapangan. Di lapangan banyak ditemui rekan-rekan yang sudah sabuk tingkat tinggi, yang kalau diuji kemampuan teknik bertarungnya dengan rekannya yang sabuknya masih tingkat rendah maka yang sudah sabuk tingkat tinggi tersebut kalah. Misalkan sabuk Kuning lawan sabuk Biru, sabuk Biru kalah. Sabuk Coklat lawan sabuk Hitam, sabuk Hitam kalah. Dari situ Penulis dapat menganalisis dan menyimpulkan bahwa kekalahan orang yang mempunyai sabuk tinggi adalah terletak pada semangatnya sewaktu latihan. Mereka hanya sekedar mengikuti latihan sekedarnya saja alias semangat mereka sudah melorot dibandingkan sebelum dia mendapatkan sabuk tinggi atau masih tingkatan rendah. Mereka sudah malas-malasan untuk mengejar mutu dari belajar karate mereka, mereka hanya mementingkan identitas/gelar sabuk yang tinggi, bahwa kalau sudah sabuk Hitam maka mereka bakalan dihargai oleh orang-orang. Padahal sebenarnya tidaklah begitu, berikut ini alasan2 mengapa sebagian orang menganggap bahwa mengejar sabuk Hitam tidaklah penting:
• Belajar Karate biar dibilang hebat karena sudah bisa menghapal jurus (KATA)
  yang sebegitu banyak sampai dianggap bisa menghapal KATA tingkat tinggi
  Fakta : Banyak anak kecil Sekarang yg ngapalin Unshu, Suparinpai,
  Kururunfa, Gojushiho/ Useishi. Tapi tidak ada hasilnya alias cuma buat
  hapalan saja. Bahkan sekarang-sekarang ini saja, banyak anak-anak kecil
  yang mempunyai level senior dalam karate padahal secara fisik mereka belum
  sanggup. Bahkan waktu gashuku penulis pernah melihat anak kelas 5 SD sudah
  sabuk coklat strip 3 Kyu 1 level terakhir ditingkatan siswa. Mereka sudah
  bernafsu ngotot pengen ikutan ujian ke sabuk hitam.
• Biar dibilang sudah senior jika sudah memakai sabuk Hitam.
  Fakta : kalau mau sabuk hitam tinggal pergi ke toko olahraga beli sabuk hitam
  pilih yg corak kuning emas. gampangkan?
• Untuk melamar jadi satpam sepertinya ada gunanya bawa sertifikat sabuk
   beladiri.
   Fakta : Tapi nggak tau apakah semakin tinggi sabuknya akan semakin tinggi
   gaji yang diterimanya.
Menurut pendapat penulis bukan masalah penting atau tidaknya meraih sabuk hitam, tapi kembali lagi apa tujuan kita berlatih Karate. Mungkin sabuk Hitam berguna jika kita ingin menjadi pelatih atau pengurus dari suatu organisasi Karate. Tetapi hendaknya jika kita belajar Karate, kita jangan hanya condong mengejar tingkatan sabuknya saja, tetapi  kita harus meningkatkan kualitas dari latihan karate kita. Jika kualitas latihan kita bagus atau penguasaan akan ilmu Karate bagus maka sabuk atau pengakuaan akan datang dengan sendirinya sesuai keilmuan praktisinya, walaupun kita hanya punya sabuk dengan tingkatan rendah. Logikanya seperti ini:" jika kau dijuluki si tukang makan, maka bukan artinya kau ingin dijuluki si tukang makan tetapi karena kau memang doyan sekali makan, jadi saking doyannya secara tidak sadar kau dijuluki si tukang makan.
Bahkan Penulis menemukan fakta di lapangan bahwa ada seseorang yang sudah Dan III Karate Kala Hitam yang sudah sembilan tahun sudah tidak berlatih karate sama sekali, dan baru-baru ini ia berkeinginan untuk kembali berlatih Karate lagi. Hal ini menurut Penulis, menyalahi tiga prinsip dari ke20 Filosofi Karate Ginchin Funakoshi yaitu:pertama " mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan",  kedua “Karate seperti air yang mendidih, jika kamu tidak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin” dan ketiga “ Masukan Karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo (rahasia yang tersembunyi). Berkaitan dengan hal tadi, menurut Penulis walaupun sudah tinggi tingkatannya orang tersebut masih belum mengerti dan memahami  apa mamfaat dan  filosofi dalam Karate. Seharusnya dengan bekal ilmu  Karatenya yang sudah tingkat tinggi ia harus selalu terus mengamalkan  karatenya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penulis sayang sekali kalau sudah Dan III, karatenya justru ditinggalkan, lebih baik sabuk rendah tapi ilmu karatenya rutin terus diamalkan sepanjang hidupnya daripada sudah tingkatan tinggi tapi berhenti di tengah jalan alias tidak konsisten. Hal ini dapat dimaklumi karena rendahnya kualitas sekolah beladiri di tanah air yang kebanyakan hanya mengejar tingkatan sabuk, lain halnya dengan di Jepang. Di Negara matahari terbit tersebut seseorang yang belum pantas kualitas tekniknya tidak berhak untuk naik tingkat, dan tidak di perbolehkan untuk mencapai sabuk Hitam walaupun dia sudah senior (peserta yang sudah lama belajar di Dojo). Nah! Bagaimanakah dengan Anda, apakah anda hanya ingin sekedar mengejar sabuk Hitam tanpa meningkatkan kualitas teknik anda? Apakah anda termasuk orang yang tidak mementingkan sabuk Hitam dan hanya fukos pada penguasaan teknik2 saja, ataukah kedua-duanya?

Artikel ini diolah dari berbagai sumber media